Selamat datang diwebsite LACENCER SPADE

Anda dapat menemukan beberapa fakta pendidikan dan referensi lainnya diSINI

Senin, 08 Agustus 2011

mereka melindas harapanku

Kuparkir motorku dihalaman rumah, kupandangi wajah kekasihku yang semakin cantik dan menarik , rambuut terurai lurus di bawah bahunya  rasanya sudah ingin kuberada dalam pelukannya semalam suntuk melepas segenap kerinduan yang tertangkup selama 5 tahun. Aku mendekatinya, tanpa  sepatah katapun kuraih tangannya. kucium dengan hikmat. dalam dan kubawah resapan aroma cintanya menelusuri sendi-sendi jiwaku yang nyaris membeku lalu kubawa ia dalam dekapanku, kubiarkan aku dan di berlabuh dalam pelukan, kuurekatkan bibirku di keningnnya, lalu keubun-ubun kepalanya, dan sejenak dibibirnya. Harum nafasnya masih seperti dulu lalu kubawa kembali dalam rengkuhanku, kurasakan setiap getaran kerinduan itu mengalir melewati pembuluh darahkku menuju pembuluh darahnya, kuresapi pelukannnya yang erat, ketat seolah tak mau melepasku selamanya. Andai kupunya kuasa, ingin rasanya kuhentikan putaran waktu sampai beberapa jam kedepan,”” Sayang kau nyaris membuatku gila”” bisikku ditelinganya. Tak ada suara yang terlontar dari bibir manisnya kecuali nafas yang yang teratur keluar masuk dan keluar lagi lalu masuk kembali ke lubang hidung mungilnya, diiringi degupan jantung yang berirama Tanya. Entah apa yang ada dalam benaknya saat itu, segenap kerinduan yang membuat dadanya sesak?? Atau mungkin kebencian akibat perpisahan yang cukup lama menimang penantiannya dalam sepi??
Perlahan ia longgarkan pelukannya, tapi aku masih tetap mendekapnya erat,ia  lalu mendorong tubuhku dengan keras seolah berusaha lepas dari jepitan benda berat yang mengapitnya. Dorongan itu membuatku lepas dari pelukannya secxara paksa.
“”Kenapa sayang???”” tanyaku bersamaaan dengan mendaratnya sebuah tamparan yang ia layangkan kemukaku dengan keras lalu menangis.
“”Sudah terobatikah rindumu???”” katanya terisak
“”Ada apa denganmu??”” tanyaku kemudian. Ia masih menangis, dan semakin menangis.
“”RE…”””
“”ANDRE””” Tegurnya Sambil sambil tersedu dan menunduk
“”Ia sayang, kamu kenapa??””  berusaha lunak dan tetap perhatian
“”Aku sudah menikah”” katanya datar diiringi tangisnya yang meledak
Kukerutkan keningku, aku terdiam sesaat  lalu menysul gelagak tawaku
“””Hahaha…hahahah..”” kutunggu tawanya menyusul tapi dia tetap menunduk
“”Yank…ini bukan saatnya bercanda””. Kataku
“”Saya tidak bercanda””
Aku terdiam kutelaah kalimat yang baru saja kudengar dari mulutnnya ada rasa tak percaya bergelayut dalam benakku.
“”Aku tak percaya…itu tidak mungkin sar…tidak mungkin, kau masih kekasihku yang dulu, bukankah ada janji yang pernah kita tautkan sesaat sebelum aku pergi menempuh pendidikan di negeri orang???”” ungkapku setengah percaya dan mencoba meyakinkan
“”Ndre, ya kita sama-sama pernah berjanji. tapi waktu telah mengubah segalanya mengubah mimpi-mimpi yang tak pasti itu menjadi debu. Debu harapan yang telah dilindas angin tak berarah.
Kuangkat dagunya perlahan tapi pandangannya tetap kelantai rumah bertegel putih  itu. Air bening bembanjiri pipinya.
“”Sar…tatap mataku!!!””
“”Tidak”””
“”Tatap mataku…”” kataku sedikit memaksa
“”Tidakk…””” katanya dengan nada yang tak kalah tingginya
Ditepisnya tanganku dengan keras, bahkan tanpa perasaan,
“”Kenapa..Sar….kenapa???? Apa salahku???””
“”Kenapa kau tega tebaskan pedang tajammu ketika aku lemah oleh penantian dan kerinduan??, kenapa kau regas segenap pucu-pucuk pengahrapanku, yang selama ini kujaga dalam dalam lahan hatiku?? Apa kau tahu, di negeri sana aku menghitung hari dan berharap bisa segera bersua denganmu, lalu kau mempertemukanku dengan keluargamu utuk sebuah hubungan yang lebih serius””. Sungguh kenyataan ini tidak bisa kuterima, terlalu sakit untuk kutahan, teramat berat untuk kutopang dengan ketegaran. Tak kurasa sebentuk bening mengembang di kelopak mataku
Sementara SARI hanya bisa menangis sejadi-jadinya
“”Kenapa kau lakukan itu padaku???”” kupegang pundaknya dengan kedua tanganku, kkuguncang-guncangan tubuhnya seperti hendak menyadarkan orang yang kehilangan akal.
Lagi-lagi dia tepis tangnku, lalu berlari  masuk kedalam rumah menyusul hetakan daun piintu kamar yang terbanting dengan keras. Ada keinginan untuk mengejarnya, tapi tak ada gunanya, taka ada lagi makna kata-kata. Selaksa Tanya yang memenuhi tempurung otakkku hanya mampu akau bawa bersama luka hati menembus kegelapan malam yang semakin pekat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

galery photos

galery photos
cakep_keren_gagah_wibawah_brutal_jelek