Selamat datang diwebsite LACENCER SPADE

Anda dapat menemukan beberapa fakta pendidikan dan referensi lainnya diSINI

Senin, 08 Agustus 2011

Hikmat tak membawa Nikmat

 Aku hanyalah orang kecil, perut yang harus selalu diisi memaksaku berada ditempat ini. Tempat yang penuh dengan tantangan dan butuh niat yang lebih dari cukup untuk bisa sampai ditempat ini. Satu-satunya benda paling berharga yang aku miliki saat ini adalah sebuah kendaraan roda dua yang yaris seperti rongsokan. namun demikian,  benda inilah yang senantiasa membawaku menemukan tetes-tetes air kesejukan, yang setiap saat bisa mengobati dahagaku pun mengisi perutku yang tak jarang keroncongan dengan butiran-butiran nasi meski kadang-kadang tanpa lauk. Aku tidak pernah menyesali kehidupan juga tidak pernah perotes akan apa yang telah TUHAN berikan kepadaku, bagiku bisa menghirup udara setiap saat itu bahkan sudah lebih dari cukup. apalagi ketika nikmat kesehatan senatiasa DIA curahkan untukku. Dengan semua itu aku bisa menghagai setiap tetes keringat yang mencuat dari pori-pori kulitku. Aku tidak pernah merasa kuat, meskipun hidupku ditempa dengan kerasnya dunia. Aku tak pernah mengenal seorang ibu apalagi menikmati belaian lembut dan dekapan hangatnya. bagaimana tidak, beliau dipanggil ILahi sebelum aku mengerti tentang diri dan keluarga, sebelum aku mengerti tentang makna setetes air mata. ketika itu umurku kurang dari satu tahun. Hidup dibawah ketiak ayah yang sakit-sakitan selama 6 tahun sampai pada akhirnya menyusul bunda di surga. Beruntung paman masih bisa menyekolahkanku, meskipun hanya sampai di bangku SMU.
Aku sudah 4 tahun ditempat ini dengan kemandirian. Ya... mungkin sudah bisa saya katakan mandiri karena memang segalanya dengan kesendirian. Ibarat kutipan lagu penyanyi dangdut CACA HANDIKA “” Masak-masak sendiri, Makan-makan sendiri””. Tapi Alhamdulillah tidur masih ditemani oleh bantal.hehehehe...
Oh...ya,. saya belum memperkenalkan diri. Nama saya LAMPADU MARANNU, saya tinggal di seberang lautan sana, tepatnya dibalik gunung yang menjulang tinggi itu. Beberapa orang memanggilku PAK LAMPA. Kenapa ada PAKnya ya???
OK saya beri sedikit bocoran, sebenarnya saya seorang Guru yang mengajar di salah satu Sekolah Dasar Negeri di daerah ini. GURU????? Keren ya...!!!??? ya.. saya seorang guru. Guru yang tak mempunyai penghasilan tetap , Guru honor???? Ah saya tidak pernah menandatanagani surat perjanjian kontrak honorer. Guru bhakti??? Ya.. seperti itulah kira-kira, teman-teman kadang membahasakannya Guru Suka rela. Penghasilan yang aku peroleh dari profesi ini hanya mampu menyambung hidupku dalam satu minggu mengingat sembako di daerah ini pada mahal, sedangkan pembeli makan itu hanya datang 1 kali dalam 3 bulan. hmmm...namanya juga suka rela tentunya profesi itu harus dinikmati dengan suka dan rela, tapi rela ngapain dulu???? Rela berkorban??? Entahlahh........situ pusing, sini bingung.
Seperti biasa sepulang sekolah, saya harus berada dijalan bersama beberapa orang lainnya untuk mengais rejeki sebagai penunjang  isi dompet ( tapi bukan ngemis loo). Aku menggeluti profesi yang ke-dua sebagai buruh proyek pengerjaan jalan yang hanya datang satu kali seumur jalan itu sejak 2 bulan terakhir. Pengasilanku lumayan, setidaknya bisa membuat mulutku dan pantat motorku berasap, meskipun sengatan matahari membuat kulitku yang memang hitam menjadi lebam dan nyaris mirip dengan punggung jalan ber-aspal,namun aku masih belum menganggap itu adalah ujian berat dari Sang Pemilik Bumi dan Langit, mengingat saya hanyalah sebagian kecil dari ribuan orang  di negeri ini yang bahkan mungkin harus menahan makan sampai beberapa hari. Belum lagi kedua tapak tangan yang melepuh akibat gesekan gagang skup yang berhasil membuatku meringis disetiap pangkal malam hingga cahaya. Tapi itu belum seberapa.yang aku takutkan hanyalah jika Maag-ku datang lagi ngoyak dan meremas lambungku yang selalu kosong, hingga keringat kental yang tak menyenangkan itu melumuri sekujur tubuhku. Apalagi yang satu ini, sakit yang selalu datang mencabik-cabik rasaku dan melumpuhkan  otot-otot tegarku, bahkan kadang seperti jarum-jarum kasar menancap penuh seluruh pada ginjalku hingga pernah membuatku berenang dipermukaan jalan berbatu bersama motor reok-ku, sakit ginjal ini bercokol dalam tubuhku semenjak aku duduk dibangku sekolah lanjutan tingkat pertama. Huftttt....sudah jelek,miskin, penyakitan lagi..hehehe yang penting hidupJ

Hari ini adalah pekan pertama dihari libur untuk semester genap disekolah tempatku mengabdikan diri.  bertepatan dengan proyek pengerjaan jalan yang mandeg akibat kehabisan bahan bangunan. dan butuh dua hari bahan-bahan bangunan tersebut untuk sampai ketempat ini. Itu artinya selama dua hari aku tidak punya pengahasilan dan mungkin aku tidak makan dalam dua hari. waaahhhh parah kalau begini jadinya. Kuraih bungkusan rokok kretek berlogo LG yang tinggal sebatang, kusulut dan kuhisap dalam-dalam. Kunikmati secara hikmat asap yang mematikan itu,  kurasakan bilah-bilah nikotinnya mencambuk paru-paruku dengan nikmat. Kulirik motor kebanggaanku, meskipun bernilai kecil dalam rupiah namun aku sangat menghargainya karena aku mendapatkannya dengan keringat sendiri.


*****

“”Ojek mas???”” tegur seorang wanita setengah baya yang baru saja turun dari bus antar kota itu
“”Boleh…bolehhh”” jawabku tanpa pikir panjang
“” Desa Tolingu berapa mas???””
Diam sejenak sambil mengamati penampilan orang itu dengan kaca mata hitam yang menutupi bola mata hingga alisnya.sepertinya orang kaya, pasalnya mirip artis manca Negara masuk desa. Pikirku.
 “”Tujuh puluh lima ribu mbak habis jalanan kesana jelek…””
“”Lima puluh ribu saja ya mas tidak sampai ujung kok””
Hhmmmm…orang kaya memang senangnya ngirit, tapi tak apalah itung-itung bantuin sang artis, lagian 50 ebu tuchh lumayan buat makan dua hari. gumamku
“”Baiklah silahkan naik mbak’””
Motorku mulai melaju diatas jalanan berbatu, melewati lahan-lahan persawahan yang tersusun rapi, entah berapa kali jalanan mendaki dan menurun yang telah kulalui, sebentar-sebentar hutan dengan pepohonan yang rimbun tak berpenghuni, laju motorku mulai melambat ketika jalanan yang dilaluinya semakin parah dan sepertinya tidak pernah tersentuh dan terpantau oleh pemerintah, konon jalanan ini adalah salah satu jasa belanda ketika mereka masih menjajah negeri ini, hanya swadaya masyarakat yang membuatnya sedikit berubah. Aku masih konsisten menatapi jalanan yang terhampar didepanku, sampai-sampai tak kudengar tegur-sapa si penumpang yang sedari tadi menanyakan namaku. Tiba-tiba motorku terantuk di lubang yang tak bisa kuhindari, spontan si artis menjerit histeris karena kami nyaris melepas penat untuk selamanya di bawah jurang sana. “”Hati-hati mas.!!!”” Katanya mengingatkan. Aku masih memperhatikan jalan yang mulai landai didepanku, tanpa suara. Kini mulai terlihat rumah-rumah kebun yang tidak begitu jauh dari jalan, mungkin rumah penduduk sudah dekat pikirku, aku sudah tidak sabar ingin segera sampai sebab aku mulai merasakan ada sesuatu yang tidak nyaman dengan diriku, rupanya ketidaknyamanan itu semakin menyiksaku ,ginjalku perih akibat antukan keras tadi. Jangan sekarang….jangan sekarang pintaku pada rasa sakit yang semakin kuat mengiris –iris ginjalku berharap rasa sakit itu mengasihani diriku, tapi ternyata sembilu tajam itu tidak mau diajak kompromi bahkan semakin dalam menyayat otot-otol ginjalku. Laju motorku terpaksa kuhentikan secara tiba-tiba tanpa rencana, sontak si penumpang kaget dan melompat dari sadel motorku dengan rasa heran, bercampur takut.
“”Ada apa mas??? Kenapa  kamu berhenti disini?  Rumah yang saya tuju kan masih didepan sana””. Pertanyaannya beruntun dengan nada tinggi
“”Ma..maaf mabk…ya.., sepertinya sakit ginjalku kambuh lagi. Tapi mbak tidak perlu khawatir, saya hanya butuh istirahat sejenak, sebentar lagi baikan kok. Kalau sudah mendingan baru kita lanjut lagi””. Aku mencoba meyakinkan meskipun aku tahu bahwa rasa sakit itu tidak akan lenyap secepat itu.
Aku kemudian mengambil posisi duduk diatas sebuah batu yang tingginya kira-kira seper empat meter,lalu kusandarkan kepalaku pada dinding tebing terjal pinggir jalan itu sambil meresapi perih yang mulai menjalar hingga ke sum-sum tulang belakangku, sambil menunggu dan berharap ada kendaraan yang lewat untuk di tumpangi si artis ke tempat tujuannya bahkan aku ikhlas tanpa dibayar sejauh ini sesab memang tugasku belum selesai dan tak ada kuasa untuk meneruskan perjalanan. Sementara si artis memilih duduk di sebuah batu yang tidak jauh  dari motorku. Beberapa menit berlalu perih itu tak kunjung melemah bahkan semakin betah bercokol dan mengotak atik ginjalku. kuperhatikan tingkah si artis mancanegara yang mulai gelisah itu, sesekali menatapku dengan penuh tanda Tanya entah apa yang tengah ia pikirkan dalam benaknya. Pandanganku masih tertuju padanya, namun kali ini bukan dia yang kuperhatikan dan kupikirkan, tapi jarak pandangku yang mulai berkurang, berkunang-kunang, dan mulai kabur. Ternyata tatapanku membuat si artis tidak nyaman bahkan membuatnya takut tanpa saya sadari.
“”ALLAHU AKBAR””ku mulai berdiri sempoyongan,
“” Yaaa ALLAH kuatkan hamba Ya ALLAH kuatkan hamba””
 Pandanganku semakin tak jelas, namun aku masih bisa melihat dia pun berdiri tidak jauh didepanku, m…..mb…mbb…akk, dingin terasa menjalar  seperti halimun tebal yang menyelimuti tubuhku, bibirku gemetar, badanku gemetar  bahkan ku tak kuat mengeluarkan suara, mulutku terasa dikunci rapat. kudekati dia, aku hampir terjatuh didepannya, namun aku berhasil meraih lengan kanannya dan sedikit menopang berat badanku. Sipenumpang yang saya sebut artis itu bukannya merasa kasihan melihat keadaanku, justru ia ketakutan, dan menganggap aku pura-pura sakit karena punya niat jahat padanya.
“”Hei… kau jangan menyentuhku, kau pasti pura-pura sakit kan?!!, aku tahu itu, kamu ini pasti orang jahat””. Dan toloooong…..tolooo….ng……tolong!!! teriaknya kemudian sambil mendorong tubuhku dengan keras. Aku terhempas kejalan berbatu itu, dan dia pun berlari meninggalkanku.
Ku kumpulkan segenap tenagaku untuk kembali bisa berdiri dengan tegap, belum berhasil kulakukan,  segerombolan orang tiba-tiba mengerumuniku entah dari mana arahnya, tanpa Tanya mereka melayangkan pukulan dan tendangan ketubuhku, kepalaku, punggungku,semua anggota badanku, tak ada yang lolos dari hantaman mereka. Aku tak berdaya kubiarkan mereka menganiaya tubuhku sesukanya, semaunya dan sejadi-jadinya. sementara aku masih memegang tempat dimana ginjalku bersarang dengan kedua tanganku bahkan tak kulindungi kepalaku dari serangan orang-orang aneh itu.  tiba-tiba sebuah benda keras menghantam bagian belakang kepalaku, hingga membuatku tersungkur ke bumi  dengan posisi sujud, disusul cairan hangat yang anyir mengucur dibelakang telingaku, ada rasa yang tidak bersahabat disana, sebuah tendangan kemudian mendarat telak di pinggangku persis di sekitar nyeri yang selama ini mendera hari-hariku. Tendangan itu berhasil menggulingkanku dari posisi sujudku. Perlahan rasa sakit itu mulai menghilang seiring detak jantungku yang mulai melemah, namun aku masih bisa mencium  aroma minuman keras berlabel tuak(ballo) dari secuil ludah yang mendarat dimukaku. Cuihhh…. Dasar penjahat kelamin,perampok, mati kau. sayup kudengar suara orang-orang yang mengardikku semakin menghilang. Hilang hingga semua terasa gelap, hampa tanpa rasa.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

galery photos

galery photos
cakep_keren_gagah_wibawah_brutal_jelek