Selamat datang diwebsite LACENCER SPADE

Anda dapat menemukan beberapa fakta pendidikan dan referensi lainnya diSINI

Senin, 08 Agustus 2011

Jangan hargai kesucianmu dengan rupiah

Oleh : Asdar moeh

Ini telepon yang kesekian kalinya, masih dengan suara serak basahnya bercampur lirih.
“”Kak, maukah kau melakukannya denganku??””. Katanya dibalik telepon. Aku hanya bisa menarik nafasku dalam-dalam lalu kuhempaskan dengan keras.
“”Kenapa kak?. Apakah aku kurang menarik dimatamu?? Atau mungkin saya terlalu murahan???.””
Aku masih terpaku. Diam seribu bahasa bahkan tanpa rasa heran.
“”Ayo lah kak !!! bantu aku. Aku sangat butuh uang itu untuk menyelesaikan kuliyahku, terserah kakak mau apakan aku  yang penting aku dapat sejumlah uang yang aku butuhkan itu””.
Aku tetap saja membisu dihadapan telepon genggamku. Inikah realita hidup zaman sekarang?? Komentarku pada batin sendiri.
“”Baiklah kak, kalau memang kakak tidak bisa, biar aku mencari orang yang mau melakukannya denganku””. Kata sumbangnya sempat membuat telingaku.
“”Dek istigfar.!!!. Kataku
“”Masih banyak jalan yang mungkin lebih baik dari jalan yang ingin kautempuh itu. Pikirkan halalnya dek…!!!! Saya tetap akan membantu tapi tidak dengan jalan itu””” .Pintaku dengan sedikit merayu.
“”Apa yang bisa dilakukan oleh gadis seusiaku kak??? Apa??? Kecuali hanya bisa menangis. Apakah aku harus mengemis dipinggir jalan sambil mengais dan menarik lengan baju orang-orang berdasi dan bersaku tebal itu??. Katanya mengiba
“”Dek, sabar dulu…nanti kita cari jalan keluarnya mari kita pikir dengan kepala dingin””.bujukku kembali.
“”tapi, kak aku harus dapat uang itu sebelum Tanggal 8 padahal sekarang sudah tanggal 30, mana mungkin saya bisa dapat uang seebanyak Rp.2 juta hanya dalam jangka waktu seminngu??.
“”Baiklah nanti kita bicarakan kembali. InsyaALLAH kita pasti bisa mendapatkan uang  dengan jumlah yang kamu butuhkan itu sebelum tanggal 8. Tapi ingat kau harus janji untuk tidak nekat apalagi sampai harus melakukan  hal yang satu itu’’.
“Baiklah…””katanya sebelum menghilang dibalik telepon genggamku.


*****
Aku berusia 25 tahun saat ini sebagai lelaki normal akupun kerap  merindukan keindahan sentuhan wanita seperti para pria pada umumnya. Keadaan ini membuatku bingung, kekalutan membalut sekujurku, gadis manis yang masih duduk di bangku kuliyah itu  acap kali menantang kelelakianku. Meskipun tak secantik dan sehebat NIKITA willy, namun  dia termasuk dalam kategori lumayan untuk ukuran gadis (versi-ku). Aku tahu, Melda (begitu ia disapa) adalah gadis baik-baik, karena aku mengenalnya sejak dua setengah tahun yang lalu disebuah tempat rekreasi yang kerap kukunjungi setidaknya melepas penat sekaligus mencari titk-titk inspirasi. Sejak pertemuan itu, kami kerap berkomunikasi lewat layanan telekomunikasi meskipun sekedar nanya kabar, bahkan malam minggu tidak pernah ia lewatkan mengirim pesan singkat ucapan “”met malam minggu””.
Entah iblis apa yang merasuki pikirannya hingga dua minggu terakhir ia semakin sering menghubungiku, semakin akrab dan bahkan tak jarang ia mengeluarkan kata-kata rayuan, kangen dan sebagainya, belum sempat kutemukan jawabnya, perubahannya berlanjut dan semakin mencengankanu, kini bahkan mencapai derajat  270 kesisi negatif.
“”Apa yang membuatmu berfikir untuk melakukan hal yang serendah itu mel??””. Kataku  suatu hari ketika kami sempatkan diri untuk bertemu disebuah taman kota.
“” Ceritanya panjang Kak””. Jawabnya singkat
“”Saya banyak waktu untuk itu, lagi pula kehadiranku disini memang dengan niat itu””. Aku berusaha membujuknya agar mau bercerita tentang masalah yang dihadapinya, tentang perihal yang mungkin mengoyak dan mencabik-cabik hatinya.
“”Kak,..lihat orang itu..!!!””  sambil mengalihkan pandangannya ke orang yang dimaksud.
“” maksudmu orang yang berdasi itu???. Kataku sambil memperhatikan orang yang sedari tadi sedang asyik berdiskusi dengan rekannya layaknya seorang pejabat tinggi negara.
“” Iya,.. senang ya jadi orang kaya””Katanya sambil tersenyum entah apa yang sedang dia pikirkan.
“” Dari kecil aku tidak pernah merasa sulit mendapatkan apa yang aku inginkan, cukup bilang mau ini… mau itu  ayah selalu dapat mewujudkannya. satu tahun yang lalu  ayah meninggal dalam sebuah kecelakaan , saya masih belum bisa terima bahkan tidak percaya kalau ayahku meninggal dalam kecelakaan itu, tapi aku sudah terlalu lama menuggu, sampai detik ini beliau belum juga datang pada kami. Aku, Ibu, dan seorang adik kecil yang kini beusia 2 tahun betul-betul merasa kehilangan. Saya kadang-kadang perotes kepada TUHAN , kenapa DIA begitu cepat memanggil orang yang setiap hari member kami makan. Semenjak kepergian ayah ibu, sakit-sakitan dan gampang marah, tak jarang pula ia memukuli adikku, kadang-kadang diam dan duduk seharian dalam kamar tanpa suara. Harta yang ayah tinggalkan sudah ludes kecuali rumah yang kami tinggali. Mungkin besok atau lusa rumah kamipun ibu jual., bulan lalu aku masih bisa pakai motor kekampus sebelum ibu menjualnya untuk keperluan makan kami sehari-hari ‘’’’.
“”kak..saya tidak tahu jalan yang harus ku lalui saat ini, aku rapuh, lemah dan tak berdaya, apa lagi dari kecil saya tidak penah ditempa dengan getirnya dunia. Bagaimana meneruskan cita-citaku menjadi seorang pengacara, bahkan iuran kuliyah pun, aku tak tahu dimana harus dapat””. Lanjutnya
“”Kenapa tida kamu coba minta sama ibu kamu?? Mungkin beliau punya persediaan untuk itu..”” kucoba memberi saran.
“” Aku pernah mencobanya, tapi ibu malah marah-marah dan menyuruhku untuk berhenti kuliyah””.
“”Kak…tahu tidak aku pernah berniat untuk pergi dari rumah, tapi aku juga takut pada kehidupan diluar sana.Sekarang kakak tahu betapa miskinnya aku didunia ini, bukan Cuma miskin harta, tp juga miskin ketabahan, apalagi harapan””
“”mel…sabar ya…aku tahu semua pasti ada jalan keluarnya, saya janji akan membantumu””. Bujukku kembali sambil memegang tangannya.
“”makasih kak…jujur satu hal yang senantiasa aku syukuri karena memiliki seseorang yang seperti kakak””. Katanya sambil memelukku. Entah itu kalimat pujian atau mungkin memang saat ini ia tak punya seorangpun yang bisa ia tempati bersandar kecuali aku. Entahlah tapi Aku tak peduli semua itu, aku hanya bisa merasakan dekapannya yang erat seolah tak mau melepasku, kubiarkan dia menangis dipundakku, kubiarkan dia menumpahkan segala keluh-kesahnya padaku.


*****

Kamis, 4 mei 2005
Kulangkahkan kakiku menuju gedung tempat dimana aku merambah nafkah untuk hidup di negeri ini, negeri yang tidak seindah negeri moyangku, negeri yang telah memberiku gelar diploma, negeri yang kuharapkan dapat memberiku sebuah lencana berharga dalam hidup dan masa depanku kelak. jemari-jemari cahaya kemilau membelai bumi seiring  benih-benih cinta yang mulai tumbuh di lahan hatiku yang gersang, hati yang tidak pernah kupenuhi harapannnya, hati yang hanya kusuap dengan menu akademisasi untuk waktu yang lama.  rasa itu datang secara pelan namun langsung menyerang dan melumpuhkan nahkoda hatiku dan menyeretnya ke samudera cinta yang sulit kumengerti.  aku selalu ingin bersamanya, aku selalu ingin mendengar suaranya, mendengar ia bercerita panjang lebar tapi kali ini bukan tetang buah hidup yang semakin ranum, tapi tentang perasaan indah yang mulai membusung yang  nyaris menyumbat nafas hatiku dan mungkin hatinya.
Aku kembali teringat dengan uang yang ia butuhkan itu
Sebenarnya kau memiliki sejumlah uang yang ia butuhkan, tapi akupun sangat membutuhkannya untuk pembayaran skripsi kuliyah studi lanjut yang kutempuh saat ini. Dalam batinku kemudian berperang antara, rasa kasihan cs cinta versus konak cs acuh. “”kenapa aku harus berpusing-pusing peduli dengannya?? Aku kan juga banyak masalah, kenapa tak kubiarkan saja dia  mencari jalannya sendiri dan kulepaskan dia dari hidupku, selesai sudah.”” Pikirku
“” Ahhh,,… tidak aku harus membantunya kasihan dia, Dia bahkan  rela menjual diri demi pendidikan dan cita-citanya”
“”Tapi apa aku harus memberinya secara Cuma-Cuma?? Ataukah  kunikmati dulu tubuhnya yang menawan itu???””
“”Ahhh.. ini juga tidak mungkin, itu bukan aku bukan Azban namanya kalau harus mengambil kesempatan dalam kesempitan, tidak mungkin saya mau mengambil keuntungan dari orang yang sedang susah, itu bukan membantu namanya, apalagi sama dia””. Disela-sela renungku tiba-tiba aku tersentak kaget  oleh getaran hp yang sedari tadi kugenggam di tangan kananku.
Mhelda sweet memanggil….
“”Kak…ada teman yang menawarkanku pekerjaan . katanya dia berani membayarku 5 juta dalam satu hari”. Katanya dibalik telepon
Sontak aku tambah kaget mendengan kabar itu, hingga membuatku naik pitam.
“”Pekerjaan apa yang dapat gaji semahal itu???””. Tanyaku setengah tidak percaya
“”ada dehhhh…yang pasti kan dapat uang”””. sambungnya
“””Tidak…tidak boleh itu pasti pekerjaan tidak baik””. bantahku
“”Saya kan Cuma butuh uangnya, pekerjaannya tidak penting apapun kan kulakukan, bukankah 5 juta itu sudah lebih dari cukup?? kakak tidak perlu repot-repot membantuku lagi pula paling Cuma satu orang dan satu kali.””
“”Apanya yang satu orang…??? Apanya yang satu kali??? Kamu itu tega yaaa…”” suaraku dengan nada tinggi.
“”Tega ??? maksud kakak???””
“”Akhhhh…pokoknya tidak boleh. Kamu itu mau jadi apa haaa ??? saya heran dengan pola pikirmu, tidak bisakah kau sedikit lebih tegar lalu berusaha??? Saya tidak bisa terima kalau kau harus melakukan hal serendah itu””
“”Lalu aku harus bagaimana kak???”” ucapnya lirih disela-sela tangisnya
“”Begini saja saya akan dapatkan sejumlah uang yang kau butuhkan itu,  jangan khawatir saya pastikan dalam 2 hari kau sudah bisa mengambil uangnya jadi kau tidak perlu melakukan apa-apa tidak ada tawar-tawaran dengan orang yang tidak jelas itu”” Kataku mencoba meyakinkan
“” Satu lagi yang harus kau tahu jika kamu berani melakukan hal yang satu itu, maka saat itu juga saya buakan lagi siapa-siapamu”” ceramahku dengan nada yang lebih tinggi
“” Iya… kak”” jawabnya singkat

Sabtu, 6 mei 2010
Lembaran-lembaran kertas berserakan diatas meja kerjaku, tak kuhiraukan. Kedipan-kedipan kursor pada monitor note-book membuat mataku semakin sayu, Proposal yang biasanya bisa kuselesaikan tiga hari masih tinggal separuh selesai padahal sudah empat hari kukerja.
Aku mulai kacau, pikiranku tersekat pada kotak-kotak perasaan yang berbaur kalut dan peluh . aku kemudian tersudut pada ruang sempit dengan otak yang semakin picik.
Masa pembayaran skripsi tiba, uang yang sudah kupersiapkan sebelumnya sepertinya tidak untuk tujuan yang saya rencanakan, hal ini membuatku semakin kalut dan berfikir keras. Proposal bantuan dana seminar pendidikan  belum kelaar juga. “”Apa yang harus kulakukan””” pikirku. Aku terpaksa menggadaikan motorku untuk itu, sekalian melunasi utang-utang yang sebelumnya saya pinjam sama teman.
“”mel aku sudah siapkan uangnya, pulang kuliyah kamu boleh singgah mengambilnya di kost saya””
“” OK bossss...””  Balasnya singkat.
Tak lama berselang melda pun tiba di tempat kosku langsung masuk dikamar dimana aku sedang mengotak-atik keyboard PC. Kupandangi dia dalam beberapa detik, ternyata penutup kepalanya telah dibuka sebelum masuk, rambutnya ia biarkan terurai, rasa kagum tiba-tiba muncul dalam hati kecilku “cantik juga dia” pikirku tapi  Aku tak ingin berlama-lama menatapnya.
“” Uangnya diatas meja kau boleh menghitungnya”” kataku sambil menatap kedipan kursor pada monitor PC. Sejurus kemudian ia kembali berdiri di dekatku. dekat, dekat dan merapat.
“”Kak..”” tegurnya datar
“”Kenapa uangnya tidak cukup???”” kataku msih menatap dalam layar monitor untuk menutupi kegugupanku.
“”Kakak”” ucapannya kali ini seperti seorang anak yang merengek kepada ibunya meminta dibelikan mainan. Aku terpaksa menoleh kearahnya. Dan .... AstagfiruLLah ternya dia telah melepas kancing-kancing busana atasanya, aku kaget bukan main, jantungku tiba-tiba berdegup kencang  aliran darahku melaju mungkin dengan kecepatan 120Km/jam. Aku terkesima melihat pemandangan yang terhampar didepanku, mulutku sejenak terkunci, bagaimana tidak seumur-umur baru kali ini aku melihat patung dewi kwam in dalam wujud hidup. Ketika ia hendak melepas busana itu dari tubuhnya, aku bergerak terbangun( bangkit dari duduk maksudnyaJ). Dan menggenggam tangannya, aku berniat mencegahnya meskipun pada dasarnya aku sangat menikmati keindahan pemandanagan itu.
“” Mel..jangan lakukan itu”” bujukku sambil memasang kembali satu demi saau kancing blesternya yang sempat tebuka.
“”Kak, saya hanya tidak mau mengecewakan kakak”” katanya sambil menatap mataku dalam, dalam hingga kurasa menembus jantung hatiku.
“”Kecewa????, mel justru saya kecewa sama kamu kalau kau melakukan itu, apa gunanya saya mencegahmu melakukan hal itu dengan orang lain jika pada akhirnya saya pun melakukannya denganmu dengan alasan yang sama, kalau begitu apa bedaanya saya dengan mereka???”” kataku mencoba memberi pemahaman.
“”Kak, saya hanya merasa didunia ini tidak ada yang gratis. Lagian aku tidak tahu jalan apa lagi yang harus aku tempuh untuk membalas budi baik kakak, lalu bagaimana saya membayarnya kak???””
Katanya sambil tertunduk disela-sela isak tangisnya.
“”Betul kamu ingin membalas budi saya mel???”” kataku sambil memegang pundaknya dan mendekatkan wajahku di wajahnya.
“” kalau kamu menganggap ini adalah kebaikan dan berniat ingin membalas kebaikan itu, maka kau harus janji satu hal untukku””. Lanjutku
“”Dia hanya mengangguk”” entah sebagai isyarat setuju atau mungkin tak sanggup mengiayakan kata-kataku.
“”Jangan pernah hargai kesucianmu dengan rupiah””. kataku
“”Saya berjanji kak””. Ucapnya kemudian. Tanpa kusadari sebuah kecupan tulus mendarat telak dikeningnya sebelum dia berlabuh dalam pelukanku.kubalas dekapan itu sambil mengelus-elus punggungnya, layaknya seorang saudara. Dekapan itu mengubah harga rupiah  menjadi sebuah senyum yang senantiasa tersungging dibibirku dan saya tahu senyum dan maknanya itu akan tetap berhaga untukku selamanya bahkan melebihi harga dua juta rupiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

galery photos

galery photos
cakep_keren_gagah_wibawah_brutal_jelek