Selamat datang diwebsite LACENCER SPADE

Anda dapat menemukan beberapa fakta pendidikan dan referensi lainnya diSINI

Lainnya


Bantu aku dalam “hal ini”
Mereka adalah orang-orang yang diselimuti pancaran pesona memukau, menggelitik rasa indahku yang nyaris raib, menggiring hasratku pada suatu harapan yang konyol, membuat sendi-sendi syarafku ngilu dengan letupan-letupan kecil nan kuat.virus apa yang mendera? Aku tak paham, tak ku kutahu awal mulanya dari mana. Pertanyaan ini mendesak kesadaranku bahwa naluriku dalam label kaumku masih berada pada ambang batas kewajaran, hal ini pula yang menarik inginku untuk membahasakan keindahan mereka dalam gambaran yang kumau.
Aku datang dengan keawamanku, masih dengan secuil kosata kata yang dulu pernah kutata meski tak kupahami makna yang sebenarnya. Sedari kini kusadari tinta itu telah membeku. tak pernah lagi ada coretan-coretan kasar pada lembaran putih yang dulu menjadi kebanggaanku, yang bahkan pernah menjadi pengusik kesunyian malamku, penampung segenap keluhku, pun pelega segala kesenjanganku dalam titian warna hidup pada hari-hari yang panjang dan melelahkan. Disetiap titik ku terhenti, tak kutahu abjad apalagi yang harus kugambar? Untaian seperti apalagi yang pantas kurakit?
Berlaksa kalimat terhampar di kepalaku tapi bagaimana aku memulainya? Bagaimana aku melanjutkannya? dan bagaimana pula menatanya sampai pada penghujung kata hingga mampu memberi kesan indah setidaknya untuk diriku sendiri. Tanya itu kemudian bergelayut dalam angan-anganku, hanya karena tumpulkah ketermapilan itu  atau mungkin karena memang sudah renta akibat sekian banyak waktu yang terabaiakan?. Entahlah …….. yaah… hanya kata itu yang mampu kujadikan tameng. Sebuah kata yang menggelantung dari pola pikir orang lemah sepertiku,mungkin sebuah ungkapan keputusasaan,mungkin juga sebuah kata pengganti pasrah & menyerah.
Aku mulai meraba-raba kisahku tempo hari dengan harapan bisa memungut titik-titik inspirasi yang memang tidak tercecer di sana. Angan itu akhirnya menggiringku dalam sebuah lintasan cerita dengan skenario sederhana. Cerita itu akhirnya kutuangkan dalam satu halaman khusus yang kubri judul “ANTARA HARAPAN DAN KETIDAKSANGGUPAN”
Tak mampukah usia mengikis keegoisan dan memupuk kedewasaan pola pikir dan laku? Kenapa harus seperti ini adanya? Hal kecil bahkan menjadi sebuah bencana yang besar sampai beberapa kalimat tajam menghantam ulu hatiku.apa yang membawaku kedalam situasi yang demikian parahnya sehingga sesuatu yang seharusnya menjadi indah malah berubah menjadi sebuah pertengkaran. Jelas bukan sebuah prestasi ketika kita mampu membuat seseorang bersimpuh dengan membawa cinta yang katanya demikian besar, apalagi merasa hebat ketika kita sanggup membuat seseorang meratap dengan simbahan air mata.
Aku terlanjur melukainya, memberikan ia rasa yang tak seharusnya ia rasa dariku, padahal kehadiranku dalam diari hidupnya adalah semata-mata niat baik  membuat hari-harinya indah dengan simpulan-simpulan senyum disetiap detik kala mengingatku.
Mengapa rasa itu demikian rumitnya? Berhari-hari bergelut dalam kebahagiaan pun membawaku pada titik jenuh, hingga rasa sakit yang memang sering menimang itu kurindukan kembali datang mendera sekujurku. Perih memang, tapi setidaknya menuntun logika pada jalan yang sepantasnya dipikirkan. Pilu iya, namun dapat meluapkan curahan-curahan inspirasi dan menyeret hasrat pada sebuah lencana yang dahsyat. Inspirasi dari rasa yang tak bersahabat itu, rasa yang ditakutkan dan mereka jauhi justru mampu membuatku terkagum-kagum dengan kehebatannya yang tak tersembul di balik sosoknya yang menganiaya, bahkan tak konyol jika rasa yang bak jarum-jarum kasar itu melahirkan orang-orang besar.
Lihat sebanyak yang biasa kau lihat.. katakan sebanyak yang bisa kau katakan..dan tulislah sebarapa banyak yang bisa kau tulis, sebanyak kosa kata yang kau miliki dan sebanyak bahasa yang kau kuasai.
Aku terpaku dalam wujud patung diatas  singgah sanahku dengan kursi palstik yang reok, redup lirih bola mataku menatap kedipan kursor di monitor ini, “space-backspace” enter-delete tuts yang yang paling  sering kupencet dalam keyboard.
Aku datang dengan membawa seonggok cerita yang kutampung dalam tempurung otakkku beberapa halaman cerita yang terlalu panjang, terlalu sulit untuk kutumpahkan dalam deretan kata  dengan kalimat pas-pasan yang kumiliki.

galery photos

galery photos
cakep_keren_gagah_wibawah_brutal_jelek