Selamat datang diwebsite LACENCER SPADE

Anda dapat menemukan beberapa fakta pendidikan dan referensi lainnya diSINI

Sabtu, 21 Januari 2012

AKHLAK TERHADAP ALAM


AKHLAK TERHADAP ALAM

Setiap kali hendak berperang, Rasulullah SAW senantiasa memberikan wasiat kepada pasukannya terkait aturan-aturan etika yang harus ditaati  selama di medan tempur. Salah satu wasiat beliau -yang kemudian diikuti oleh para Khulafaur Rasyidin- adalah larangan untuk menebang pepohonan -kecuali untuk strategi perang (QS Al-Hasyr, 59: 5)
$tB OçF÷èsÜs% `ÏiB >puZŠÏj9 ÷rr& $ydqßJçGò2ts? ºpyJͬ!$s% #n?tã $ygÏ9qß¹é& ÈbøŒÎ*Î6sù «!$# yÌ÷ãÏ9ur tûüÉ)Å¡»xÿø9$# ÇÎÈ
5.  Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya[1464], Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan Karena dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.

[1464]  Maksudnya: pohon kurma milik musuh, menurut kepentingan dan siasat perang dapat ditebang atau dibiarkan tumbuh.

Hal ini memberikan gambaran yang jelas kepada kita bahwa Islam sangat menjunjung tinggi akhlak terhadap alam. Haram hukumnya, tercela nilainya, bahkan melanggar Al-Quran dan sunnah Nabi saw, ketika seorang Muslim membuat rusak lingkungan sekitarnya, baik biotik maupun abiotik. Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi setelah (Allah) memperbaikinya.” (QS Al-A’râf, 7: 56)
Ÿwur (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î) çnqãã÷Š$#ur $]ùöqyz $·èyJsÛur 4 ¨bÎ) |MuH÷qu «!$# Ò=ƒÌs% šÆÏiB tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÎÏÈ
56.  Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Akhlak terhadap alam, sejatinya adalah bagian besar dari akhlak yang wajib dimiliki seorang Muslim, selain akhlak kepada Allah Swt, kepada Nabi SAW, kepada diri sendiri, dan kepada sesama manusia. Semua itu adalah satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan.
Dengan demikian, ketika seseorang mengabaikan akhlak terhadap alam, semisal merusak, mencemari, menyakiti, atau setidaknya tidak peduli akan kelestariannya, pastilah keimanan orang tersebut tidak sempurna. Tidak dikatakan lurus iman seseorang apabila tindakannya merugikan dan membawa mudharat bagi makhluk Allah lainnya.
Dalam beberapa hadits, kita menemukan ada orang-orang yang sangat bagus ibadah ritualnya akan tetapi dicap buruk oleh Nabi SAW, hanya karena dia tidak baik kepada binatang —sebagai salah satu bagian penting dari alam. Sebuah hadits dari Ibnu Umar menyebutkan, “Seorang wanita masuk neraka karena mengikat seekor kucing. Dia tidak memberinya makan dan tidak pula melepaskannya untuk memperoleh makan di bumi.” (HR Bukhari Muslim).
Namun sebaliknya, ada orang yang ibadahnya biasa-biasa saja, sering bermaksiat malah, akan tetapi dinilai baik oleh Nabi SAW karena dia penyayang terhadap binatang dan gemar memelihara lingkungan sekitarnya. Nabi SAW pernah bercerita tentang seorang lelaki yang dengan susah payah mengambil air ke sumur untuk menolong anjing yang kehausan.
Karena perbuatannya ini, Allah Swt. memuliakan dia dan mengampuni dosa-dosanya. “Sesungguhnya, Allah Swt. mensyukuri apa yang dilakukannya dan mengampuninya,” sabda Nabi SAW. Para sahabat bertanya, “Apakah dengan memperlakukan binatang secara baik kita memperoleh ganjaran?” Beliau pun menjawab, “Setiap perlakukan baik terhadap yang memiliki jiwa ada ganjarannya.” (HR Bukhari Muslim)
Anjuran agar setiap Muslim memperlakukan alam dengan baik sejatinya berawal dari adanya doktrin “persaudaraan semakluk”. Di dalam Al-Quran, Allah Swt. menyebut semua hewan melata di muka bumi dan yang terbang di udara, sebagai “umat-umat” layaknya manusia. (QS Al-An’âm, 6: 38).
$tBur `ÏB 7p­/!#yŠ Îû ÇÚöF{$# Ÿwur 9ŽÈµ¯»sÛ çŽÏÜtƒ Ïmøym$oYpg¿2 HwÎ) íNtBé& Nä3ä9$sVøBr& 4 $¨B $uZôÛ§sù Îû É=»tGÅ3ø9$# `ÏB &äóÓx« 4 ¢OèO 4n<Î) öNÍkÍh5u šcrçŽ|³øtä ÇÌÑÈ
38.  Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.

[472]  sebahagian Mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu Telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.
Itu artinya, alam sekitar pun dengan segala komponennya, termasuk ke dalam pihak-pihak yang layak mendapat kasih sayang dan penghormatan yang proporsional seperti halnya manusia. Bahkan, sebagai khalifah Allah di muka bumi, manusia dituntun untuk lebih proaktif dan kreatif dalam menebarkan kebaikan dan keharmonisan dibandingkan makhluk lainnya.
Kegagaan manusia dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut, bukan hanya tercela, tetapi juga membawa konsekuensi buruk bagi yang bersangkutan di dunia dan di akhirat; di dunia berupa bencana alam dan di akhirat berupa pertanggungjawaban di hadapan Allah Azza wa Jalla.
Nabi SAW pernah menyatakan bahwa segelas air dan sebutir kurma yang dimakan termasuk amanah yang akan dimintai pertanggungjawababnya oleh Al-Khaliq. “Ini (seteguk air dan sepotong kurma) adalah termasuk nikmat yang akan dimintakan pertanggungjawaban kalian.” (HR Ahmad dan An-Nasa’i)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

galery photos

galery photos
cakep_keren_gagah_wibawah_brutal_jelek