Selamat datang diwebsite LACENCER SPADE

Anda dapat menemukan beberapa fakta pendidikan dan referensi lainnya diSINI

Sabtu, 21 Januari 2012

SUMBER AJARAN AKHLAK dan PROBLEMA DAKWAH ISLAM


SUMBER AJARAN AKHLAK
Akhlak dalam banyak bebudayaan selain Islam ditentukan oleh kondisi-kondisi setempat dan karenanya dapat berubah. Menurut W.G. Summer, “Dari berbagai kebutuhan yang berulang muncullah kebiasaan-kebiasaan individu dan adat istiadat kelompok, tetapi hasil-hasil ini merupakan konsekwensi yang tidak pernah disadari dan tidak diduga sebelumnya ataupun diharapkan”.
Akhlak dan adat istiadat Islami bukan hal tidak sadar. Mereka berasal dari dua sumber utama, yaitu al-Qur’an dan Sunnah, perbuatan, perkataan dan perintah tidak langsung kehendak Nabi, dan oleh karena itu, dalam pengertian yang sangat tepat merupakan wahyu Ilahi.
Kelahiran Islam di Semenanjung Arabia menandai datangnya suatu era, alam fikiran, dan pendidikan baru. Tujuan utama Islam, baik ditinjau dari aspek agama, risalah, maupun filsafat, ialah memberi manusia petunjuk dan pendidikan baru yang dasar, esensi, serta isinya berbeda dari pola-pola yang digunakan masyarakat Arab jahiliyah selama berabad-abad.
Islam tidak muncul di dalam ruang hampa, tetapi di tengah-tengah kondisi sosial yang penuh dengan pertentangan antar lapisan sosial, kejumudan berfikir dan kekacauan alam fikiran, terutama mengenai hubungan antara individu dan penciptanya. Kondisi tersebut berdampak pada tingkah laku sehari-hari individu serta aspek-aspek kehidupan material dan mental masyarkat jahiliyah. Dengan kata lain, Islam pada esensinya merupakan pendidikan baru bagi masyarakat jahiliyah. Pendidikan tersebut pada gilirannya membuat masyarakat Islam menjadi masyarakat terdidik yang secara sadar dengan fikiran terbuka, kebijaksanaan, dan pelajaran yang baik mampu melepaskan diri dari faktor-faktor penyebab keterbelakangan, kemudian berupaya membangun kebudayaan yang memberi landasan kekuatan dan kemajuan bagi diri mereka sendiri dan masyarakat sekitar.
Islam dengan dua sumber yaitu Al-Quran dan As-Sunnah yang menjadi pegangan dalam menentukan segala urusan dunia dan akhirat. Kedua sumber itulah yang menjadi sumber akhlak Islamiah. Prinsip-prinsip dan kaedah ilmu akhlak Islam semuanya didasarkan kepada wahyu yang bersifat mutlak dan tepat neraca timbangannya.
Apabila melihat pembahasan bidang akhlak Islamiah sebagai satu ilmu berdasarkan kepada dua sumber yang mutlak ini, dapatlah didefinisikan sebagai berikut:
”Satu ilmu yang membahas tatanilai, hukum-hukum dan prinsip-prinsip tertentu untuk mengenal sifat-sifat keutamaan untuk dihayati dan diamalkan dan mengenal sifat-sifat tercela untuk dijauhi dengan tujuan membersihkan jiwa berdasarkan wahyu Ilahi untuk mencapai keridhaan Allah swt”.
Akhlak juga dapat di rumuskan sebagai satu sifat atau sikap kepribadian yang melahirkan perbuatan manusia dalam usaha membentuk kehidupan yang sempurna berdasarkan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan Allah. Swt.
Dengan kata lain, akhlak ialah suatu sistem yang menilai perbuatan lahir dan batin manusia baik secara individu, kelompok dan masyarakat. dalam interaksi antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin dan juga dengan alam sekitar.
Adapun konsep Islam tentang dasar pendidikan akhlak adalah sebagai berikut:
1.         Pandangan Islam tentang hakikat pendidikan akhlak bersifat mendalam dan menyeluruh, tidak terikat pada pada suatu pandangan tertentu dan tidak bertentangan dengan teori atau filsafat pendidikan manapun.
2.        Dalam dasar akhlaki pendidikan Islam terlihat arah pandang yang komprehensif, mencakup semua aspek positif perkembangan integral: Intelektual, spiritual, fisik, dan aspek-aspek perkembangan lainnya.
3.        Konsep tersebut menghendaki penggunaan segala metode dan sarana pendidikan: tidak terpusat pada satu metode atau sarana tertentu, tidak pula mengutamakan sebagian atas sebagian yang lain.
            Sehubngan dengan akhlak Islami, Drs. Sahilun A. Nasir menyebutkan bahwa akhlak Islami berkisar pada:
1.        Tujuan hidup setiap Muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.
2.        Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan Sunnah Rasul-Nya, membawa konsekwensi logis, sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap moral muslim. Ia memberi sangsi terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah swt. tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
3.        Keyakinannya akan hari kemudian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah.
4.        Islam bukan moral yang baru yang bertentangan dengan ajaran jiwa Islam, berasaskan dari al-Qur’an dan al-Hadits, diinterpretasikan oleh para ulama mujtahid.
5.        Ajaran akhlak Islam meliputi segala segi hidup dan kehidupan manusia berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakannya, dengan janji dan sangsi Ilahi yang maha adil. Tuntunan moral sesuai dengan bisikan hati nurani, yang menurut kodratnya cenderung kepada kebaikan dan benci pada keburukan.



PROBLEMA DAKWAH ISLAM
Problema asasi dakwah Islam adalah bagaimana meninggikan kalimah (konsepsi) Allah, sekaligus merendahkan konsepsi pikiran orang kaifr. Ini adalah problema sepanjang sejarah, dari dulu sampai hari kiamat. Sedangkan problema lain adalah konsekuensi logis dari problema asasi ini. Banyak problema kontemporer dalam dakwah ini yang bersifat lokal, nasional, maupun international.
Berikut beberapa problema dakwah yang bisa kita ketahui:
1. Problema Pemahaman Konsepsi
Di kalangan kaum muslimin, bahkan di kalangan kaum pergerakan sendiri, terdapat kebingungan tentang konsepsi Islam. Islam sebagai konsepsi syari’ah maupun konsepsi harakah (pergerakan), yaitu tentang bagaimana menegakkan konsepsi syari’at itu. Ketidaktahuan terhadap konsepsi yang jelas di kalangan kaum pergerakan dakwah menyebabkan berbagai kasus kekecewaan traumatis, yang menyebabkan berhentinya atau berjatuhnya (futur) para aktivis dakwah. Mereka tidak siap mengambil resiko, karena resiko tersebut tidak diperhitungkan sebelumnya.

2. Problem Kontinuitas Dakwah
Di kalangan kaum pergerakan, banyak sekali amal dakwah, baik yang berskala pribadi sampai masalah internasional, dalam semua aspek. Tetapi yang kita lihat, tidak banyak diantara berbagai program kegiatan yang terpeliharan kontinuitasnya dengan baik. padahal kontinuitas dalam beramal ini sangat diperlukan dan inilah yang dicintai Allah swt. Rasulullah saw bersabda,” Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan terus menerus walau sedikit”(HR.Muslim).
3. Problem Perkembangan dan Pertumbuhan
Banyak amal islami yang telah berlangsung lama yang terpelihara kontinuitasnya, tapi amal islami yang digerakkan itu tidak tumbuh dan tidak berkembang dengan baik. Jika diibaratkan pohon yang bertahun-tahun hidup tapi tidak tumbuh berkembang, tidak membesar, apalagi berbuah.
4. Problem kekuatan
Banyak proyek amal islami yang telah membesar dan banyak cabang-cabangnya, banyak anggotanya, dan sekian puluh kali mengadakan muktamar dan konperensi, tetapi anehnya semakin besar tidak semakin kuat tapi semain loyo, karena banyaknya beban internal. Ibarat ayam kampung yang badannya besar dan gemuk banyak makan dan banyak kotorannya, tapi tidak bisa bertarung.
5. Problem Originalitas
Banyak amal islami yang tumbuh dan berkembang membesar, bahkan memiliki kekuatan politik sampai pada tingkat negara, tapi mengalami penyimpangan asasi dari aspek aqidahnya. dan ini melahirkan “firqah” (sempalan-sempalan) yang cukup mengganggu. Penyimpangan ini menyebabkan cacat baik dari aspek aqidah, muamalah maupun akhlaq. Originalitas ( al-ashalah) dalam dakwah akan terpelihara jika pergerakan itu memelihara dengan sungguh-sungguh terhadap sumber asli Al Quran dan As-sunnah, sekaligus mampu membebaskan diri dari sentimen lainnya.
6. Problem kesatuan ummat
Tugas dakwah yang berat ini tidak mungkin dikerjakan secara sendirian atau oleh golongan tertentu atau secara sektoral. Tugas ini harus melibatkan potensi ummat seluruh dunia. Secara internal, setiap pergerakan islam harus memandang pergerakan islam lainnya sebagai saudara yang saling menguatkan. Bukan malah saling memusuhi. Prinsip yang seharusnya dipahami adalah ” ittifaq fil usul wa ittifaq bi ikhtilaaf fi furu’iyah” ( sepakat dalam masalah ushul aqidah, dan sepakat untuk berbeda pendapat dalam cabang-cabang masalah).
7. Problem perencanaan
Pada umumnya, pergerakan islam berjalan secara alamiah, banyak orang berdakwah tapi tidak diiringi dengan perencanaan atau metode yang jelas dan kesungguhan. Banyak pula yang bersungguh-sungguh tapi tidak diiringi dengan metode yang jelas. Hanya mereka yang bersungguh-sungguh yang diiringi dengan metode yang jelaslah yang akan menghasilkan buah (natijah). Buah keberhasilan inilah yang merupakan sarana ampuh untuk mengubah dunia.
8. Problem kesenjangan generasi
Problem yang cukup serius adalah “kesinambungan generasi”, Allah mengingatkan melalui Firman-Nya dalam Al-Quran ( 19: 59)
* y#n=sƒmú .`ÏB öNÏdÏ÷èt/ ì#ù=yz (#qãã$|Êr& no4qn=¢Á9$# (#qãèt7¨?$#ur ÏNºuqpk¤9$# ( t$öq|¡sù tböqs)ù=tƒ $xî ÇÎÒÈ
59.  Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan,
yang maksudnya; agar kaum mukminin tidak meninggalkan suatu generasi yang loyo baik secara fisik, mental, maupun intelektual.
Kesinambungan generasi dalam dakwah artinya kesinambungan antara nenek moyang, orang tua, dengan anak cucu mereka (dzurriyah). Kita akan tetap disambung oleh Allah antara nenek moyang dengan cucunya, jika mereka diikuti dengan keimanan kepada Allah.
Karena itulah, keturunan harus terpelihara dalam kekokohan iman, ilmu, dan fisik. Karena itu pendidikan Islam bagi anak-anak pergerakan adalah hal mutlak. tidak sedikit kaum pergerakan yang melupakan anak-anak mereka, mereka tidak efektif menegakkan fungsi “Qowwamun” terhadap anak dan istrinya, sehingga menimbulkan akses berikutnya, mereka tidak taat pada Allah dan Rasul-Nya. ini akan menjadi baban baru dalam dakwah. bahkan orang yang belum tahu islam akan berkata,” tuh anak kamu aja akhlaqnya seperti itu, dakwah dulu dong dikeluarga kamu, baru dakwah ke orang lain”.
Inilah beberapa problema dakwah yang sedang dan akan dihadapi oleh aktivis dakwah. semoga Allah memberikan hidayah dan kekuatan kepada kita generasi penerus dakwah. wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

galery photos

galery photos
cakep_keren_gagah_wibawah_brutal_jelek